Guru Besar FSD, Narasumber dalam Seminar Nasional Pendidikan Seni Budaya di UM, Malang

(FSD-) Seminar Nasional Pendidikan Seni Budaya dilaksanakan secara virtual oleh Universitas Negeri Malang, Selasa 9 Agustus 2022.

Kegiatan tersebut berlangsung dengan mengusung tema Pendidikan Seni dalam Menyongsong Era Pos Pandemi. Dalam seminar ini menghadirkan 3 narasumber, Dr. Iriaji, M.Pd (Ketua Prodi  Pendidikan Seni Rupa UM, Malang), Marda. Y. Haninggarjati. M. Hum (Direktur Program Erudio Indonesia), dan Prof. Sofyan Salam, M. A. Ph.D, (Guru Besar FSD UNM Makassar)

Seminar ini dihadiri oleh para akademisi dari Universitas Negeri Malang dan dari Universitas Negeri Makassar (dosen dan mahasiswa), guru serta dari kalangan praktisi. Peserta yang hadir secara virtual melalui akun zoom sebanyak 140 orang.

Prof. Sofyan Salam menuturkan bagaimana memanfaatkan teknologi dalam media pembelajaran secara hybrid yang tentu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Jangan dipaksanan dengan model yang sulit dilakukan.

“Tidak berubah satu kaum, jika suatu kaum sendiri yang tidak mengubahnya. Jadi jika kita ingin perubahan di dunia seni, tentu kita harus mengubahnya. Jika seorang guru, maka jadilah kepala sekolah. Jika seorang pegawai, jadilah kepala dinas atau sekalian jadi menteri untuk bisa memberikan perubahan” tegasnya.

Sementara itu, Marda. Y. Haninggarjati. M. Hum lebih menekankan pada pembelajar seni yang tidak hanya menjadikan sekolah sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi di luar sana sangat banyak sumber belajar seperti youtube, ruang diskusi, hingga alam semesta yang bisa dimanfaatkan. Marda sendiri merupakan pendiri Erudio Indonesia, sebuah ekosistem belajar baru yang menghubungkan pembelajar dengan industri terkait sekaligus memberi ruang untuk mereka menjadi dirinya sendiri. Tentu saja sembari menghasilkan karya nyata yang berkontribusi pada masalah hidup sehari-hari.

Melihat dari perspektif yang berbeda, Dr. Iriaji, M.Pd menuturkan bahwa kesehatan mental anak juga menjadi hal yang wajib diperhatikan, apalagi mengingat jika anak dibebani dengan sesuatu yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan mentalnya. Post trauma dalam dunia pendidikan akan melahirkan pola yang sama, ketika pembelajaran tersebut diberikan dengan metode kolonialis, maka akan terduplikasi terus hingga metode yang lebih humanis diterapkan.

Lanjutnya, apa yang tidak dimiliki anak dalam menentukan kebebasannya adalah wisdom (kebijaksanaan). Peran orang dewasa sangat diperlukan dalam hal ini. Orang dewasa wajib memfasilitasi “kebebasan” yang dipilih anak sebagai pilihannya. Artinya, mengarahkan dan memberi mereka jalan agar kebebasan tersebut tidak kebablasan dan akhirnya malah menghancurkan.

Hari ini kita masih terus berfokus pada metode-metode, namun hampir melewatkan bagaimana asesmen (personal) harus terus dilakukan berkala untuk mengukur kesehatan mental, ketercapaian kompetensi, dan kesesuaian metode belajar yang kita terapkan. Tujuannya agar dapat mengoptimalisasi potensinya menjadi lebih baik lagi tegas Iriaji. (Tim Media Center FSD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *